Rabu, 19 Juni 2013

    BIMBINGAN DAN KONSELING SOSIAL
   
   
Proses bantuan untuk memfasilitasi siswa agar mampu mengembangkan pemahaman dan keterampilan berinteraksi sosial, serta memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya
Bimbingan dan konseling sosial
    Meliputi Pengembangan :
    - Pemahaman tentang keragaman suku dan budaya.
    - Sikap-sikap sosial ( empati dll )
    - Kemampuan berhubungan sosial secara positif.
   
    TUJUAN BK SOSIAL
    Membantu siswa agar mampu mengembangkan kompe-
    tensinya dalam hal sebagai berikut :
     Bersikap respek (menghargai dan menghormati) terhadap orang lain.
     Memiliki rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap tugas, peran hidup dalam bersosialisasi.
     Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human - relationship).
     Memiliki kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal.
    Memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri (adjusment)

    Masalah Sosial
         Kurang menyenangi kritikan orang lain.
       Kurang memahami etika pergaulan.
    Merasa malu untuk berteman dengan lawan  jenis.
       Kurang mampu mnyesuaikan diri.
       Penyakit 2 sosial seperti : tawuran, gang motor, ‘pemalakan’, pencurian, dll.

    Permasalahan Individu Ditinjau dari Tugas-Tugas dan Aspek-Aspek Perkembangan
     Perkembangan Fisik Perkembangan Bahas  Perkembangan Intelektual
     Perkembangan Sosial Perkembangan Emosi Perkembangan Moral dan Etika
     Perkembangan Kepribadian Perkembangan Agama
   
    PERPISAHAN
    BK PRIBADI-SOSIAL

    BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI
    Bertujuan membantu siswa agar mampu mengembangkan
    kompetensinya, sbb :
    Memiliki komitmen untuk mengamalkan nilai-nilai keimanan dan
    ketaqwaan kepada Allah Swt. Baik dalam kehidupan
    pribadi,keluarga, pergaulan dengan teman sebaya,sekolah,
    tempat kerja, masyarakat.

     Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif.
Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara  objektif dan konstruktif (kelebihan dan kelemahan diri).
    Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri  sendiri.
    Memiliki sikap optimis dlm menghadapi masa depan.
Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat , sesuai dengan nilai2 agama, etika, dan nilai2 budaya.
   
        Menurut Dewa Ketut Sukardi (1993: 11) mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan memecahkan masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan.
    Abu Ahmadi (1991: 109) Bimbingan pribadi-sosial adalah, seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik agar dapat mengahadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial yang dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial, memilih jenis-jenis kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi dan sosial yang dialaminya.
    Inti dari pengertian bimbingan pribadi-sosial yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi adalah, bahwa bimbingan pribadi-sosial diberikan kepada individu, agar mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan pribadi-sosialnya secara mandiri.

   
Dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh seorang ahli kepada individu atau kelompok, dalam membantu individu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan.
Pengertian
Bimbingan pribadi - social merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah social pribadi.
    Bimbingan pribadi - sosial adalah layanan bimbingan untuk membantu siswa agar menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri, sehat jasmani dan rohani serta mampu mengenal dengan baik dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya secara bertanggung jawab.
Bimbingan pribadi - social pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya.
        Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu.
     Adapun masalah yang terhimpun dalam persoalan pribadi-sosial meliputi masalah hubungan interaksi dengan orang lain (orang tua, saudara, teman,guru dan masyarakat di lingkungan individu), masalah pengaturan diri baik dalam bidang kerohanian, perawatan diri (jasmani dan rohani), penyaluran dorongan seksual,penyelesaian konflik dan sebagainya.
    Kelompok Sosial
1.    Kelompok Primer
2.    Kelompok Sekunder
3.    Kelompok Formal dan Informal
1. Kelompok Primer
Kelompok primer bila interaksi sosial antar anggotanya berjalan intensif, hubungan berjalan baik dan akrab.
Dikenal dengan sebutan face to face group karena anggotanya sering bertatap muka, saling kenal dekat dan berhubungan erat. Sifat interaksinya, kekeluargaan atas dasar simpati dan empati. Mudah mengembangkan sifat sosial, mengindahkan norma, melepaskan kepentingan pribadi atau egoistis
Contoh :
Keluarga, RT, Community, Group dll

   


    Kelompok sekunder yaitu
   
    kelompok yang mempunyai interaksi yang kurang mendalam bila dibandingkan kelompok primer. Hubungan pada kelompok sekunder lebih bersifat formal, objektif, atas dasar rasional dan kurang bersifat kekeluargaan. Contoh, Partai, organisasi formal dll

    Kelompok formal (resmi) dan kelompok informal (tidak resmi).
Pembagian kelompok ini didasarkan pada persyaratan norma kelompok. Kelompok formal dapat dilihat dari adanya norma kelompok secara tertulis biasanya dalam bentuk AD (Anggaran Dasar) dan ART (Anggaran Rumah Tangga) ataupun peraturan tertulis lainnya.
Sedangkan kelompok informal bentuk normanya hanya secara lisan atau norma tidak tertulis dan biasanya berupa kesepakatan bersama dengan sanksi moral saja.
Interaksi sosial
    ialah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok
interaksi sosial adalah kumpulan tingkah laku yang dapat diamati yang terjadi antara dua atau lebih individu dan individu-individu tersebut saling memberikan respon.
 interaksi sosial terjadi harus dengan cara memahami satu sama lain.

Pengaruh
    Pengaruh perasaan sedikit banyak hadir dalam tiap interaksi sosial. Rasa takut, terkejut, kecemasan atau bahkan campuran ketiganya merupakan tekanan kejiwaan yang mempengaruhi kita dalam berinteraksi dengan sosial.
    Ketika interaksi sosial tidak berjalan sesuai dengan keinginan kita, maka kita mengalami apa yang disebut tekanan kejiwaan. Tekanan kejiwaan dalam interaksi sosial bisa berupa tekanan yang ringan dalam kehidupan sehari-hari
Faktor Imitasi
    menyatakan bahwa faktor imitasi mendasari interakasi. Imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain. Imitasi tidak berlangsung dengan sendirinya, sehingga individu yang satu akan dengan sendirinya mengimitasi individu yang lain atau sebaliknya. Untuk mengadakan imitasi ada faktor psikologis yang berperran yaitu berupa penerimaan dari yang mengimitasi dan adanya sikap mengagumi terhadap apa yang diimitasi itu.
Faktor Sugesti
    Sugesti yaitu  pengaruh psikis yang berasal dari diri sendiri maupun dari orang lain yang umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan. Sugesti dari diri sendiri disebut auto-sugesti dan sugesti dari orang lain disebut hetero-sugesti. Namun peranan hetero-sugesti lebih menonjol peranannya dalam kehidupan seseorang.
    Peranan sugesti dan imitasi dalam interaksi sosial hampir sama. Perbedaannya adalah bila dalam imitasi orang yang diimitasi dalam keadaan pasif. Dalam sugesti, orang dengan sengaja, dengan cara aktif memberikan padangan-pandangan, pendapat-pendapat, norma-norma dan sebagainya agar orang lain dapat menerima apa yang diberikan itu.
Faktor Identifikasi
    Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik dengan orang lain. Freud mengatakan anak akan mempelajari norma-norma sosial dari orang tuanya. Proses identifikasi anak tersebut dapat ditempuh melalui anak mempelajari dan menerima norma-norma sosial karena orang tuanya sengaja mendidiknya atau karena kesadaran anak untuk mengidentifikasi norma-norma sosial dari orang tuanya.
    Pada perkembangannya, anak juga melakukan identifikasi kepada orang lain selain orang tuanya, misalnya guru atau teman sebayanya. Identifikasi ini dilakukan oleh anak kepada orang yang dianggap ideal dalam sesuatu segi, baik norma, sikap atau pun segi yang lain.
Faktor Simpati 
    Simpati merupakan perasaan rasa tertarik kepada orang lain yang timbul tidak atas dasar logis rasional. Individu yang bersimpati sering tidak dapat memberikan penjelasan lebih lanjut mengapa individu tersebut tertarik pada individu lain. Kecenderungan individu untuk tidak tertarik pada orang lain disebut antipati atau lawan dari simpati.
   
Masalah-masalah
bidang sosial :
 Berperilaku sosial yang bertanggung jawab, 
 meliputi :
    - Kurang menyenangi kritikan orang lain,
    - Kurang memahami tata karma (etika) pergaulan;
    - Kurang berpartisipasi dalam kegiatan sosial, baik  di kampus maupun di masyarakat.
 Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya,
meliputi :
    - Merasa malu untuk berteman dengan lawan jenis;
    - Merasa tidak senang kepada teman yang suka mengkritik
Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga,
 meliputi :
    - Sikap yang kurang positif terhadap pernikahan;
    - Sikap yang kurang positif terhadap hidup berkeluarga.
MASALAH-MASALAH BIMBINGAN SOSIAL :
1)    Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa  kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2)    Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan yang lebih kreatif, produktif, dan normatif baik dalam  keseharian maupun untuk peran di masa yang akan datang.
3)    Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi dan penyaluran dan pengembangannya pada/melalui kegiatan yang kreatif dan normatif dan produktif.
4)    Pemantapan tentang kelemahan diri dan usaha penanggunlanggannya.
5)    Pemantapan kemampuan pengambilan keputusan.
6)    Pemantapan kemampuan mengarhkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambil.
7)    Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidp sehat jasmani dan rohani.
8)    Pemantapan kemampuan berkomunikasi.
9)    Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan argumentasi secara dinamis, kreatif, normative dan produktif.
10)    Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial dengan penuh tanggung jawab.
11)    Pemantapan hubungan yang dinamis dan harmonis dengan teman sebaya /orang tua, dan masyarakat sekitar.
12)    Orientasi tentang kehidupan berkeluarga.

0 komentar:

Posting Komentar